Modal Nekad, Trio Saudara Gokil Ngerampok Bos Preman Jakarta

  Gembelgaul.com - Starvision dan Pabrik Cerita mempersembahkan "Modal Nekad" sebagai film penutup tahun 2024 yang menghibur dan segar. Film ini mengisahkan tiga bersaudara, Saipul (Gading Marten), Jamal (Tarra Budiman), dan Marwan (Fatih Unru), yang harus kembali bersatu demi melunasi hutang rumah sakit almarhum ayah mereka. Dengan penuh keberanian, mereka mencoba mencuri televisi dari rumah kosong, namun justru terjebak dalam situasi penuh ketegangan saat pemilik rumah, seorang mafia, tiba-tiba kembali. "Modal Nekad" menghadirkan komedi, drama, dan aksi dengan plot twist yang tidak terduga. Film ini digarap oleh Imam Darto, yang juga berperan sebagai penulis dan produser eksekutif, bersama Sesa Nasution dan Warman Nasution. Proses pembuatannya penuh improvisasi, menghasilkan cerita yang segar dan relate dengan dinamika keluarga, terutama hubungan antara kakak-adik. Selain dibintangi oleh Gading Marten, Tarra Budiman, dan Fatih Unru, film ini menampilkan...

Menurut Okky Madasari Novel Indonesia dipengaruhi 3 Hal yaitu Motivasi, Islam dan Cinta


Gembelgaul.com - Unitomo Surabaya kedatangan tamu istimewa yang memberikan mata kuliah khusus juga "Genealogi Sastra Indonesia". Tamu tersebut adalah Okky Madasari yang dikenal sebagai novelis pemenang Sastra Khatuliswa 2012 dengan karyanya "Maryam". Okky memberikan kuliah umum untuk mahasiswa-mahasiswa FKIP Unitomo di ruang 311 pada Rabu(11/12/19).

Kehadiran Okky Madasari di Unitomo bukan dengan sengaja, Okky juga mempromosikan buku terbarunya yaitu Genealogi Novel-Novel Indonesia : Kapitalisme, Islam dan sastra perlawanan. Ini buku ke -10 dari Okky Madasari dan buku pertama non fiksi, ini juga merupakan tesis 2014 di UI saat mengambil S2.

Dalam kuliah umumnya, Okky Madasari membagi karya sastra khusus novel Indonesia menjadi 3 kategori yaitu Motivasi, Islam dan percintaan. Ketiga genre begitu kental muncul sebelum kemerdekaan atau era balai pustaka. "Waktu itu muncul novel salah asuhan, siti nurbaya atau azab dan sengsara. Semua judul itu diterbitkan Balai Pustaka yang notabene bikinan pemerintah kolonial Belanda waktu itu. Isinya boleh percintaan dan menentang adat waktu itu bukan melawan pemerintahan kala itu," jelas Okky bahwa sastra Balai Pustaka yang beredar lebih ketat dari kandungan isinya.

Itu era sastra sebelum kemerdekaan, Balai Pustaka lahir 1917 dan menjadi penerbit yang diakui pemerintah kolonial, tidak sembarangan novel di terbitkan. Ini terbukti ada novel Belenggu karya Armijn Pane yang ditolak Balai Pustaka karena isinya tidak bermoral, bercerita cinta segitiga dan perselingkuhan yang pada waktu itu tabu di masyarakat, " Biarpun di terbitkan oleh Pujangga Baru setelah jaman kemerdekaan," tambahnya kembali.

Pengaruh Islam juga masuk ke novel Indonesia, ini ditandai munculnya Dibawah Lindungan Ka'bah dan Tenggelamnya Kapal Van der Wijk karya Hamka, seorang ulama dan novelis terkenal di jaman Balai Pustaka. Menurut Okky Madasari, Hamka yang pertama memasukkan nilai-nilai Islam dalam novel percintaan kala itu bukan sekedar tempelan yang banyak beredar di pasaran sekarang.

Memasuki era pasca kemerdekaan, Novel Indonesia mulai bergerak ke Sosialis dan Realisme. Ini pernah di bahas Pramoedya Ananta Toer, ciri khasnya itu yang banyak di tulis penulis di jamannya. Itu terjadi sampai era orde lama, pemerintahan Soeharto di era orde baru. Ada Olenka oleh Budi Dharma dan Godlob oleh Danarto, disini para penulisnya banyak menggunakan metafora untuk menyamarkan tulisannya.

Selain memaparkan genealogi sastra, Okky Madasari juga menjelaskan proses kreafitnya selama 10 tahun ia berkarya. Okky menekan persisten, konsisten dan harus keras kepala jika ingin totalitas menjadi penulis. Khusus terakhir itu keras kepala penting, jika karyamu dikritik dan dinilai jelek tapi kamu tetap berkarya. Itu pesan Okky Madasari di sesi terakhir kuliah umum yang ia bawakan.(ggc)

Komentar